Puisi Hujan penuh Kenangan Indah dan Kerinduan bersama pacar
Puisi Hujan – Hujan merupakan fenomena alam turunnya air dari langit yang biasanya disertai dengan awan mendung. Hujan mempunyai manfaat yang sangat luar biasa untuk kehidupan di bumi. Karena dengan adanya air hujan yang turun ke bumi akan mencukupi kebutuhan mahluk hidup yang ketergantungan dengan air. Semua mahluk hidup di muka nbumi ini membutuhkan air tak terkecuali kita sebagai manusia. Hujan merupakan rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada kita yang membawa sejuta manfaat dan keberkahan.
Baca Juga : Proses Terjadinya Hujan
Akan tetapi bagi anak muda zaman now, hujan pasti menyimpan banyak sekali kenangan - kenangan. Entah itu kenangan masa kecil maupun kenangan bersama pasangan. Hujan juga dapat mewakili kesedihan dan kerinduan seseorang yang sudah putus harapan kepada orang yang dicintainya alias putus cinta. Nah, untuk menggambarkannya kita membutuhkan suatu karya yang tidak asing lagi adalah dengan puisi. Yap, puisi dapat mewakili perasaan kita, baik disaat kita sedih maupun bahagia kita dapat mencurahkan semuanya isi hati kita kedalam puisi.
Meluapkan sebuah perasaan dan emosi bisa melalui secarik puisi. Emosi apapun bisa anda luapkan melalui puisi. Entah itu bahagia, kerinduan, kehangatan dan lain sebagainnya. Membuat puisi juga harus memperhatikan motivasi dan inspirasi yang datang. Nah ada suatu waktu yang kita bisa mendapatkan inspirasi, yaitu ketika hujan. Hujan membawa makna yang mendalam bagi sastrawan untuk menemukan sebuah inspirasi. Maka tak heran jika mereka sering mengamati karakteristik hujan dan perasaan yang terjadi didalamnya. Begitu juga dalam pembuatan puisi. Ada banyak karya sastra puisi tentang hujan. Berikut ini adalah kumpulan puisi puisi terbaik dan pilihan yang dipilih dari berbagai sumber.
Hujan
Iffah
Sebuah rahmat yang diturunkan sang pencipta
Suara gemercik yang terdengar begitu indah
Membuat semua yang ada di bumi menjadi basah
Menhetikan aktifitas orang orang di bumi
Tapi hujan banyak memiliki manfaat
Tanam tanaman menjadi subur
Hingga taka da lagi kekeringan di bumi
Membuat suasana hening dan dingin
Suara petir yang menyambar nyambar
membuat takut semua orang
dingin nya begitu menyentuh di tubuh
membuat kesehatan seseorang menjadi lemah
membuat alam sekitar menjadi sunyi
oh hujan yang tak redah redah
Rinai Hujan di Pagi Hari
Langitku kini terlihat mendung di pagi hari
Gembira angin menyambutmu
Tetesan sang air hujan yang mulai berderai
Menunggumu usai
pelangi pun berhenti bersembunyi
Kini ku tengok dari sudut yang berbeda
Masih terlalu pagi
Namun langit terlihat gelap
Awan-awan berkumpul menjadi satu
Dan menurunkan titik-titik air
Memunculkan rintihan hati menggelora
Nampak langit menghiasi kerinduan
Padamu pujangga
Derai hujan di pagi hari
Menyembunyikan pusat tata surya maha besar
Akankah ia sedang bersembunyi
Ataukah ia malu-malu untuk menampakkan dirinya
Sebuah pertanyaan konyol
yang muncul dari dalam hati
akankah sang raja siang sedang tidak enak badan
bisik-bisik tetangga terdengar terbahak mendengarnya
Wahai pemilik dunia
Sang Mahas Kuasa yang menurunkan berkah hujan
Pintaku pada-Mu
Jagalah seseorang di sana
Antarkan bahagiaku kelak bersama cahaya kasih-Mu
untukku dan untuknya
Hujan Malam
Lalu hujan itupun turun
Tanpa permisi lagi padaku
Seperti rindu menyergapku
Membasah kuyup deras hujan
Kerlip sinar lampu
Bermain di genangan
Malam menjadi syahdu
Bangkuku kosong di taman
Hujan ini puisi tak jadi
Rinai mengetuk rima
Dalam denting sepi
Kenangan lama.
Kisah Hujan
Orieneke Cahyani
Aku menanti dirimu
Seperti air menghujam sendu
Terus jatuh mengalir kelu
Hujan berteriak pilu
Tak kudengar dalam surau
Jiwa ku termenung kelabu
Menunggu cinta semanis madu
Hingga usai balutan waktu
Hujan seminggu berlalu
Tersisa petrichor syahdu
Hujan dan Namamu
E. Natasha
Senandung lagu mendekap lirih romansa jiwa
Benak menyapa raut wajah yang nyaris tenggelam
Dalam lautan mimpi sang penghirup malam
Melawan hujan, mereguk jejak tanpa nama dunia
Dia yang mencoba membaca arah
Dalam gelap, memanggil cahaya yang tersembunyi di balik aksara
Berdiri sendiri mencoba mengenal suara kerinduan
Adakah dia di sana masih terpaku menatap kenangan
Kemana kau akan berlari
Melepas pagi dan mencoba memutar mentari
Apalah kau masih terlelap dan terus bermimpi
Memuja cinta tanpa rasa haus duniawi
Kenangan hujan memanggilmu, dan tetap memanggil namamu
Meski luka mencoba menjauhkan dirimu dari putaran waktu masa lalu
Bulan di sana masih merindukanmu
Untuk kembali padanya, tanpa menghapus tangisan hujan di wajahmu
Katakan Pada Hujan
Bambang Priatna
Rasa ini begitu mistis
Bagai bayangan rembulan
Sebening bergoyang
Ritmis
Terbelak mata memandang pucat
Celoteh berangin, parau
Kerutkan pelepah
Retak
Sesaat lagi 'kan senja
Katakan pada hujan
Bukan rayuan
Semoga
Hujan
Arya '17
Senja
Tanpa warna
Hanya mendung kelabu
Seakan langit sedang berduka
Petir
Memekak telinga
Disertai gemuruh gaduh
Rona jingga tertutup jelaga
Hujan Tak Bermentari
Altar Cinta / hadi
Hangat
Tak bermentari
Dingin tak bersalju
Pada musim yang berlalu
Hujan
Waktunya menyapa
Sampai pada masanya
Musim yang telah datang
Rindu Bergelantung
Agung Wig Patidusa
Malam menapakkan hujan kesunyian
Sayup-sayup rerintik mengerang
Petir memerah
Hujam!
Nada kelam napas bersenandung
Hiruk canda menjauh
Lebih jauh
Dijauhkan
Rindu bergelantung antara hening
Mencekam jerat-jerat Nala
Beradu kebisingan
Memuakkan
Kala Sukma memendam tanya
Akankah kumala singgah?
Menghangat cinta
Bertika
Sauh lusuh tak berlabuh
Menanti kasih terbasuh
Nyata bersentuh
Terengkuh
Kerinduanku
Ibenk Campret
Malam ini aku merindukanmu
Seperti rerumpun rumput
Nantikan hujan
Membasah
Bagai kehausan tengah sahara
Terkapar pula kerinduanku
Mengharap kasih
Darimu
Sayang
Datanglah padaku
Meski hanya sekejap
Cukuplah sebagai pelepas rinduku
Bagiku
Hanya dirimu
Yang mampu melenakanku
Ciptakan damai menyejuk jiwaku
Rindu Yang Bercadar
Bambang Priatna
Tolong ambilkan saputangan putih
Itu pemberianmu dulu
Saatku terbasah
Bersamamu
Kauusapkan kening mengayun lembut
Kuhanya terpejam menikmati
Seraya bayi
Tersayang
Dalam kobaran lentera kecil
Rintik masih terdengar
Malam terbuai
Kehangatan
Namun kini, hujan memelas
Tiada pengusap, rindu
Hanya helaan
Berkaca
Embun Jatuh Di Lamomea
Ibnu Nafisah
Fajar gelepar setelah malam
Usai hujan menghujam
Brigjend Katamso
Mengaso
Portal
Keringat nakal
Telanjang beku membinal
Celaka. Pos tertawa membrutal
Genderang mengerang tiga kali
Sial. Nyamur menghambur
Melingsir berkali-kali
Kumelacur
Kuning
Bawah lampu
Teriakan sepi kelening
Serulah panggilan hening beku
Embun jatuh di Lamomea
Memenjara jiwa anoa
Bungkam makian
Seruan-seruan
Gerbang
Terkubur sunyi
Pekat senyap menerjang
Lamomea terdiam dan sembunyi
Di atas sudah saya berikan contoh contoh puisi tentang hujan yang bisa mewakilkan ungkapan hati Anda. Semoga puisi diatas bisa bermanfaat untuk Anda semuanya. Jangan lupa bagikan ke eman-teman anda melalui tombol share dan jangan upa berikan pendapat anda tentang puisi diatas serta kritik dan saran di komentar untuk kemajuan dan berkembangnya website ini. Terima Kasih